Harga Cabai dan Bawang Selalu Naik saat Natal dan Tahun Baru, Apa Sebabnya?
Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri menilai, kenaikan harga pangan ini merupakan anomalitas yang kerap terjadi setiap periode Natal dan Tahun Baru, yang diakuinya sulit untuk diprediksi.
"Jadi kayak cabai, bawang, ayam, telur, daging sapi, itu memang agak sulit saya prediksi. Dari tahun ke tahun harga enggak pernah kunjung selesai," kata Abdullah kepada Liputan6.com, Jumat (25/12/2020).
Menurut dia, fenomena ini terjadi lantaran pemerintah belum melakukan pemetaan wilayah produksi. Jika konsep ini diterapkan, pemerintah seharusnya sudah bisa memetakan jumlah produksi komoditas pangan dari suatu daerah setiap kuartal atau per tahun.
"Contoh, penghasil cabai rawit atau cabai merah keriting katakanlah penghasilannya di Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Probolinggo, dan seterusnya. Harusnya sudah bisa dipetakan, oh bulan ini kita akan fokus pada pemetaan cabai di wilayah itu," ungkapnya.
"Kalau bulan-bulan tertentu karena musim penghujan tinggi, maka kita subsidi petani cabai untuk mereka menanam cabai," dia menambahkan.
Melalui pemetaan wilayah produksi, Abdullah mengatakan, tiap instansi pemerintah yang mengurusi soal pangan seperti Kementerian Pertania dan Kementerian Perdagangan jadi tidak kelimpungan. Selain itu, pemerintah juga akan lebih mudah mendistribusikan hasil produksi pangan sehingga harganya terjaga.
"Ini harus dikontrol, jadi enggak mandiri petani mau nanam (apa) terserah, enggak nanam terserah. Giliran panen raya cabai dibuang-buang. Giliran enggak ada harga jadi tinggi," tukas Abdullah.
0 Response to "Harga Cabai dan Bawang Selalu Naik saat Natal dan Tahun Baru, Apa Sebabnya?"
Post a Comment